Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kamis, 31 Maret 2011

Banyaknya aliran sesat di Indonesia

 assalamu'alaikum wr.wb 
 saya mau bagi-bagi pengetahuan nih :)


Aliran Aliran sesat yanng ada di negara kita tercinta Indonesia

1. sekte "Surga Eden"

Sesat, karena ajarannya menyimpang dari Islam: pimpinannya, Ahmad Tantowi mengaku sebagai Tuhan semesta alam. Sebagai tuhan sekte, Tantowi melarang pengikutnya mengamalkan syariat agama Islam, seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan, dan mengaji Al-Qur’an.

Selain sesat, sekte ini juga sangat bejat. Bayangkan, pimpinannya menjanjikan Surga Eden bagi pengikut wanitanya dengan satu syarat: mau ML (bersetubuh) dengannya.

dari namanya saja sudah jelas Surga Edan

nih foto tersangka yang ngaku2 tuhan


2. Ahmadiyah
 
Orang yang mengakui adanya nabi lagi setelah Nabi Muhammad saw.Itulah kelompok Ahmadiyah yang mempercayai Mirza Ghulam Ahmad dari India
sebagai nabi setelah Nabi Muhammad saw.Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India. Mirza lahir 15 Februari 1835 M.dan meninggal 26 Mei 1906 M di India.
Ahmadiyah masuk ke Indonesia pada tahun 1935,

nih foto tersangka yang ngaku2 nabi setelah Muhammad


3. .Aliran al-Qiyadah al-Islamiyah

Didirikan pada tanggal 23 Juli 2006 oleh Acmad Moshaddeq alias H Salam.Dirinya mengaku sebagai nabi baru yang menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW dan mendapatkan wahyu dari Allah SWT.Pengakuan itu muncul setelah dirinya melakukan pertapaan selama 40 hari 40 malam.Pelantikan H Salam sebagai rasul dilakukan pada tanggal yang sama di Gunung Bunder,Bogor,Jawa Barat.Kitab suci yang diyakini aliran ini tetap al-Qur’an.Hanya saja,mereka menafsirkan sendiri kandungan ajaran al-Qur’an,tanpa merujuk pada pendapat para ahli tafsir masa lalu.Mereka tidak mempercayai adanya hadits sebagai

rujukan agama yang terpenting setelah al-Qur’an.Aliran ini memiliki syahadat baru yaitu “Asyhadu alla ilaha illa Allah wa asyhadu anna al-Masih al-Ma’ud Rasul Allah”
(Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa al-Masih al-Ma’ud adalah Rasulullah).

foto tersangka 
dan tujuan mereka membuat agama agama ini adalah

1.Bertujuan untuk menghancurkan akidah umat Islam Indonesia.
Indonesia adalah negara berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.Dan dalam diri mereka(orang-orang yang ingin menghancurkan islam)adanya suatu kekhawatiran bahwa peradaban Islam diprediksikan akan kembali berjaya seperti di masa Dinasti Abbasiyyah (750 M – 1258 M).Oleh karena itu mereka menghancurkan akidah umat islam agar umat islam tepecah belah dan tidak berjaya kembali.

2.Untuk mencari popularitas bagi para pendiri aliran-aliran sesat ini.


3.Disebabkan terlalu banyaknya jumlah rakyat miskin dan pengangguran di Indonesia.

Orang yang hidupnya miskin dan menganggur mudah dipengaruhi atau diajak untuk bergabung dengan aliran-aliran sesat.Apalagi kalau diiming-imingi materi.

4.Bisa disebabkan karena pasal 28E ayat (2) menyebutkan"setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,memilih kewarganegaraan,memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya,serta berhak kembali.


5.Munculnya aliran-aliran ini dipicu oleh rasa frustrasi umat akibat kondisi keterpurukan ekonomi dan hiruk-pikuk politik


4. Aliran Dunung Urip

Masih di Blitar, sekitar pertengahan Februari 2009 lalu, masyarakat Kabupaten Blitar, Jawa Timur dihebohkan oleh kemunculan aliran kepercayaan yang dapat memberikan tiket masuk ke surga. Namanya, aliran Dunung Urip. Aliran sesat ini dipimpin oleh seorang pria bernama Suliyani, warga Desa Jajar, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Salah satu inti ajarannya, memberikan sedekah sebesar Rp 4 juta kepada pemimpin aliran Dunung Urip (Suliyani), maka mereka pun dapat masuk surga tanpa menjalankan syariat agama, seperti meninggalkan shalat dan shaum (berpuasa di bulan Ramadhan).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat sudah menyatakan bahwa ajaran aliran Dunung Urip sesat. Bahkan saat itu, MUI segera membubarkan kelompok ini karena dinilai menyalahi syariat Islam. Namun pimpinan aliran Dunung Urip (Suliyani) membantah tuduhan MUI. Menurut dia, ajarannya bertujuan mencari ketenangan hati.
Ada kemiripan dengan aliran sesat Ahmadiyah, yang mewajibkan pengikutnya membeli kavling surga yang dijual pemimpinnya. Hanya di kavling itulah seseorang (pengikut Ahmadiyah) bisa masuk surga, yaitu bila jenazahnya dikubur di tempat itu atau yang penting punya sertifikat kuburan surga di Rabwah. Harga kavling surga mencapai jutaan rupiah, yang tentu saja memberatkan pengikut jamaah Ahmadiyah, karena pada umunya pengikut Ahmadiyah dari kalangan menengah ke bawah. (lihat tulisan berjudul Menista Istilah Poligami Demi Menutupi Kejahatan Ahmadiyah, di nahimunkar.com edisi April 24, 2008 1:31 am)
MUI Blitar dikhabarkan menemukan bukti-bukti sesatnya Aliran Dunung Urip yang mengajarkan agar pengikutnya membayar Rp4 juta kepada pemimpinnya, Suliyani, untuk dapat masuk surga. Lebih lengkapnya bisa disimak berita ini:
MUI Temukan Bukti Baru Ajaran Masuk Surga
Dogma lima perkara yang diajarkan Suliyani (62) pimpinan “aliran masuk surga”, dipastikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cabang Kabupaten Blitar, Jawa Timur, bertentangan dengan rukun Islam, khususnya yang kedua, yakni salat. Penemuan ini merupakan bukti baru setelah setiap pengikut diwajibkan bersedekah Rp4 juta untuk bisa “mendapatkan” surga.
Dalam dogmanya, Suliyani yang warga Desa Jajar, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar itu mengajarkan bahwa salat tidak perlu dengan gerakan. Bagi mereka (Suliyani dan pengikutnya), ibadah salat cukup dengan melakukan perenungan dalam hati.
Menurut Seketaris MUI Kabupaten Blitar Ahmad Su’udi, bukti tersebut cukup kuat untuk menilai jika Suliyani telah mengajarkan paham yang menyimpang dari syariat Islam. Bahkan yang mencengangkan, dalam memberi wejangan murid-muridnya, kata Su’udi, Suliyani kerap menandaskan, jika Kitab Suci Alquran yang ada saat ini, ditulis tangan-tangan manusia yang masih diliputi nafsu.
Suliyani juga mengkritisi Nabi Muhammad sebagai sosok yang tidak mampu menyelamatkan umat manusia pada akhir zaman. Karena Muhammad masih memiliki nafsu duniawi. Contohnya masih melakukan perang dalam menyebarkan agama. “Ini semua merupakan data penyimpangan yang dilakukan pak Suliyani, selain setiap pengikutnya diwajibkan bersedekah Rp4 juta untuk mendapatkan ketentraman jiwa,” papar Su’udi.
Su’udi mengaku baru 50 persen data penyimpangan “aliran masuk surga” asuhan Suliyani yang terkumpulkan. Kendati demikian, pihaknya belum bisa melakukan langkah tegas apapun sebelum seluruh data terkumpul. Rencananya, MUI akan kembali menggelar rapat pleno dengan melibatkan 22 ulama di Kabupaten Blitar. Kendati demikian secara resmi Su’udi mengaku belum bertemu Suliyani. MUI sengaja tidak mendatangi rumah Suliyani. “Karena kalau kita datang ke rumahnya sama saja kita mengikuti kemauannya. Kita sudah mengundang ke MUI dan pak Suliyani tidak mau datang. Kecuali kalau ada pihak yang menjembatani pertemuan kita siap ketemu,” paparnya.
Terkait penilaian aparat hukum tentang aliran Suliyani hanya semacam kelompok pengamal kebatinan dan perdukunan, Su’udi menghargai semua itu. Namun kendati demikian MUI tetap bersikukuh jika ajaran Suliyani menyimpang dari agama Islam. Sementara itu setelah memanggil Suliyani ke Kantor Kejaksaan Negeri Blitar, jaksa menyimpulkan kegiatan Suliyani bukan sekte atau aliran keyakinan yang diduga menyesatkan. Kepala Seksi Intelijen Kejari Blitar Moh Riza mengatakan, Suliyani hanyalah sesosok dukun yang melakukan praktek perdukunan. “Dari keterangan yang disampaikan kepada kami, bisa ditarik keseimpulan jika pak Suliyani hanya dukun saja. Namun kami menyerahkan hal ini kepada MUI,” ujarnya.
Seperti diberitakan, MUI menemukan sekelompok aliran di Desa Jajar, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar pimpinan Suliyani warga setempat. Dari ajaran yang disampaikan kepada para pengikutnya, aliran yang kemudian dikenal sebagai aliran masuk surga itu dinilai MUI menyimpang. Salah satunya untuk mendapatkan surga seorang pengikut diwajibkan membayar Rp4 juta.

5. Nabi Adam Dari Aceh

Di kawasan yang dijuluki ‘Serambi Mekah’ (NAD), seorang lelaki (berinisial RZ) yang saat itu (2008) berusia 45 tahun, mengaku dirinya sebagai Nabi Adam. Selain mengaku sebagai Nabi Adam, lelaki itu juga mengaku memiliki ilmu silat yang dapat membahayakan orang-orang yang dianggap memusuhinya.
Selama ini RZ dikenal sebagai Imam Meunasah. Setelah rumahnya digrebek aparat pada saat berlangsungnya Daerah Operasi Militer (DOM), jiwanya tertekan bahkan dikatakan gila oleh orang-orang di sekitarnya. Maka sejak itulah ia mengaku-aku sebagai Nabi Adam. Pihak keluarga RZ pun sudah berinisiatif membawa RZ berobat ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Banda Aceh.
Menurut Rahman, salah satu kerabat RZ kepada pers pada hari Kamis tanggal 17 Juli 2008, setiap hari RZ selalu bersikap waspada terhadap orang-orang di sekelilingnya. “Dia punya sedikit ilmu halus, dan sepertinya menyadari ancaman kalau dirinya akan ditangkap…”

 6. Ajaran Al-Qur’an Hijau

Dari Sumatera Utara, sekitar awal Desember 2007, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat, Prof Dr Abdullah Syah, MA meminta masyarakat di daerah itu agar mewaspadai ajaran Al-Qur’an Hijau karena sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Menurut Abdullah, di dalam ajaran Islam tidak mengenal istilah Al-Qur’an Hijau, apalagi membawa ajaran yang bertentangan dengan umat Islam.
Sebelumnya, ajaran Al-Qur’an Hijau ini telah lebih dulu berkembang di Pulau Jawa, antara lain di Kediri. Ajaran ini tidak mengakui adanya hadist dan mengganti ucapan Assalamu’alaikum dengan Salamualaikum. Selain itu, setiap pengikut ajaran itu harus dibaiat atau mitsaq dengan cara melakukan ritual mandi air kembang. Kepada setiap pengikutnya diberikan julukan Abi (bagi laiki-laki) sedangkan bagi perempuan diberi julukan Umi. Para Abi dan Umi ini, saat itu gencar mempengaruhi kalangan mahasiswa agar ikut bergabung.
Di tahun 2007, selain berhasil diungkap keberadaan aliran sesat bernama Al-Qur’an Hijau, juga berhasil diungkap aliran sesat berjudul Al-Qur’an Suci dan Al-Qiyadah Al-Islamiyah.

7. Al-Qur’an Suci

Aliran Al-Qur’an Suci berhasil diungkap setelah sebelumnya orangtua Achriyanie Yulvie (saat itu berusia 19 tahun), melakukan pencarian terhadap anak gadis mereka setelah sekian lama menghilang tanpa jejak, sejak 9 September 2007. Mahasiswi D-III Politeknik Pajajaran Insan Cinta Bangsa Bandung ini merupakan anak dari pasangan Suprapto-Tati, warga Perumnas Bumi Teluk Jambe Blok T Nomor 536 RT 06/11, Karawang. Yulvie hanyalah salah satu saja dari sejumlah korban lain yang keberadaannya masih diselimuti misteri.
Modus operandi Pengajian Al-Qur’an Suci ini, mirip gerakan NII yang beberapa tahun lalu marak di kampus-kampus ternama. Begitu juga dengan adanya keharusan hijrah dan membayar sejumlah uang sebagai uang hijrah, sebagaimana terjadi pada diri Dwi Ariyani (20) yang membayar biaya hijrah sebesar Rp 400.000 (empat ratus ribu rupiah). Sejak itu, Dwi Ariyani menghilang tanpa jejak.
Sejumlah orang yang pernah terperosok ke dalam kesesatan NII, ketika ditanya soal aliran sesat ini, mereka dengan yakin mengatakan bahwa Pengajian Al-Qur’an Suci adalah NII juga, cuma beda nama untuk menyamarkan jatidiri sebenarnya, karena masyarakat sudah semakin sadar dengan keberadaan NII yang sesat dan menyesatkan.

8. Al-Qiyadah Al-Islamiyah

Yang juga berbau NII adalah aliran sesat Al-Qiyadah Al-Islamiyah, pimpinan Ahmad Mushaddeq alias Haji Salam (Abdussalam). Ahmad Mushaddeq mengaku sebagai rasul sejak 23 Juli 2006, setelah dia bertapa di Gunung Bunder, Bogor, selama 40 hari 40 malam. Dia juga mengajarkan syahadat berbunyi “Asyahadu An La Ilaha ‘Ala Allah, Wa Asyahadu Anna Masih Al Maw’ud Rasul Allah” (Saya Bersaksi bahwa Tiada Tuhan kepada Allah dan Saya Bersaksi bahwa Masih Al-Maw’ud sebagai Rasul Allah).
Al-Qiyadah Al-Islamiyah bermarkas di jalan Haji Kahfi, RT 06 RW 07 No 37 Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pengikut Al-Qiyadah Al-Islamiyah mencapai 41 ribu orang di sembilan wilayah di Indonesia, antara lain, Jakarta, Lampung, Makassar. Kebanyakan dari pengikutnya adalah pelajar dan mahasiswa, sekitar 60 persen
Al-Qiyadah mengajarkan, bahwa kiamat bukan kehancuran melainkan kebangkitan; Nabi Muhammad saw bukan nabi terakhir melainkan nabi penggenap ajaran Isa Al-Masih, sehingga masih akan ada rosul berikutnya yang menggenapi ajaran Nabi Muhammad saw. Dalam pengertian Al Qiyadah Al Islamiyah, nabi/rosul penerus itu adalah Al-Masih Al-Maw’ud yang sekarang ada di Jakarta.
Menurut Al-Qiyadah, ajaran dari Kristen ataupun Islam itu tidak salah, keduanya merupakan penyempurnaan dari ajaran sebelumnya yang diwariskan Musa melalui Kitab Taurat-Zabur. Pengertian itu membawa kepada prinsip bahwa saat ini merupakan masa Makiyah dan bukan masa Madaniah, sehingga ajaran untuk sholat lima waktu, ajaran untuk berpuasa, ajaran untuk naik haji, ajaran untuk menghormati orangtua, hingga ajaran untuk menyebut Nabi Muhammad saw sebagai nabi ke-25 atau nabi terakhir, belum waktunya dilakukan. Al-Qiyadah juga mengajarkan, tugas orangtua kepada anak selesai setelah ibu melahirkan anaknya.
Sekilas wajah Ahmad Moshaddeq memang mirip Toto Salam alias Syaikh AS Panji Gumilang pimpinan Ma’had Al-Zaytun yang berlokasi di Indramayu, Jawa Barat. Apalagi, nama asli keduanya juga hampir mirip. Ahmad Moshaddeq bernama asli Abdussalam, sedangan Toto bernama asli Abdul Salam. Kisaran usia keduanya juga berada pada angka 60 tahunan. Ahmad Moshaddeq sang rasul palsu kelahiran Jakarta 65 tahun lalu, ia putra betawi asli. Sedangkan Toto kelahiran Gresik 27 Juli 1946.
Bila Toto Salam adalah lulusan IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan aktif di dalam pergerakan Islam, sementara itu Ahmad Moshaddeq mengabdikan sebagian besar hidupnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS), yaitu di lingkungan pemprov DKI Jakarta, khususnya sebagai pelatih olahraga di PBSI selama lebih dari 20 tahun sejak 1971 hingga 1992.
Meski PNS, Ahmad Moshaddeq pernah bersentuhan dengan gerakan NII KW-9 yang antara lain pernah dipimpin oleh Toto Salam. Bahkan menurut catatan, Ahmad Moshaddeq pernah bersentuhan dengan Nurdin Yahya, salah satu tokoh NII KW-9 yang getol memasukkan paham sesat Lembaga Kerasulan dan paham Isa Bugis ke dalam institusi NII (khususnya NII KW-9).
Salah satu paham Lembaga Kerasulan yang menonjol adalah bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul dan Nabi penutup, namun tugas kerasulan tidak pernah berakhir, sehingga memerlukan sebuah lembaga kerasulan dalam rangka meneruskan tugas rasul.
Sedangkan Ahmad Moshaddeq berpaham, bahwa kerasulan Muhammad SAW sudah berakhir, dan dia merasa mendapat wahyu untuk menjadi rasul yang menggantikan Nabi Muhammad SAW. Karena kerasulan Muhammad SAW sudah berakhir, maka hadits-hadits yang selama ini menjadi dasar hukum, tidak berlaku.
Paham yang dianut Ahmad Moshaddeq nampaknya ada kemiripan dengan beberapa aliran dan paham sesat yang sudah ada sebelumnya, yaitu Ahmadiyah Qadian, Lembaga Kerasulan, Inkarussunnah, dan tentu saja NII.


9. Lembaga Kerasulan

Aliran sesat ini berfaham bahwa Rasul itu diutus sampai hari kiamat, dan Rasul itu person (individu), oleh karena itu sebagai person harus ditunjang oleh lembaga yang mengatur segala urusan serta persoalan terkait. Mereka mengibaratkan Rasul dengan seorang Menteri yang didukung oleh sebuah Departemen berikut seperangkat aparatnya. Maka, meski Menterinya sering berganti namun Departemennya tetap eksis dan berproses. Sehingga, bila sang Menteri meningal dunia, mengundurkan diri atau diganti, pasti ada Menteri baru yang akan menggantinya.
Bila menteri saja ada departemennya, maka untuk Rasul harus ada semacam Departemen atau Lembaganya. Begitulah pendapat mereka. Maka, mereka pun mendirikan gerakan Lembaga Kerasulan. Mereka berpendapat, bila seorang Rasul meninggal harus ada Rasul baru untuk mengatur lembaga tersebut. Rasul baru tersebut adalah imam mereka.
Maka mereka pun berkeyakinan bahwa taat kepada imam mereka, sama dengan taat kepada Rasul. Bila tidak taat kepada imam, selain dikategorikan berdosa juga dianggap telah melakukan perbuatan durhaka besar. Gerakan ini bertujuan mendirikan Negara Islam Indonesia versi mereka. Tokohnya, salah satunya adalah Aceng Syaifudin.
Selain berpaham bahwa Rasul tetap diutus sampai hari kiamat, dan mewajibkan berbai’at serta taat kepada imam, aliran sesat ini juga berpaham, bahwa dosa bisa ditebus dengan memberikan sejumlah uang kepada imam, dan besar kecilnya uang tebusan tersebut tergantung kepada besar kecilnya dosa yang telah dilakukan, serta yang berhak menentukan uang tebusan itu hanyalah sang imam.
Sebagaimana aliran sesat lainnya, mereka juga memposisikan orang-orang di luar kelompok mereka adalah kaum kafirin. Sehingga, bila ada jamaah mereka yang hendak menikah, maka pernikahan itu harus dilaksanakan di hadapan imam mereka, akad nikah juga dilakukan oleh imam mereka, dan orangtua tidak perlu diberitahu.
Mereka juga menerapkan periodeisasi yaitu periode Makkah dan Madinah. Menurut mereka, saat ini masih berada dalam periode Makkah, sehingga belum wajib shalat, shaum di bulan Ramadhan dan haji, serta belum diharamkan minuman yang memabukkan seperti khamar dan lain-lainnya.
Salah satu doktrin yang sama-sama diterapkan aliran sesat lainnya, adalah aktivitas mengaji (menuntut ilmu Islam) harus berguru kepada imam mereka saja, tidak boleh kepada ulama lainnya. Mereka juga menanamkan sikap selektif di dalam menerima terhadap kehadiran orang lain.


10. Inkar Sunnah
 
Paham sesat Inkar Sunnah yang muncul di Indonesia sekitar tahun 1980-an, pada intinya tidak percaya kepada semua hadits Rasulullah SAW, dan menurut mereka hadits itu bikinan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam. Menurut mereka, dasar hukum dalam Islam hanya Al-Qur’an saja.
Yang juga membedakan, adalah syahadat mereka yang berbeda dengan kita, yaitu Isyhadu bianna muslimin saja. Shalat mereka juga bermacam-macam, ada yang shalatnya dua rakaat-dua rakaat dan ada yang hanya eling saja.
Sedangkan ibadah shaum (puasa), hanya wajib dijalankan oleh orang yang melihat bulan saja, kalau seorang saja yang melihat bulan maka dialah yang wajib puasa. Mereka berpendapat demikian sesuai ayat faman syahida minkumusy syahro fal yashumhu.
Ibadah Haji boleh dilakukan pada empat bulan haram, yaitu Muharram, Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah. Menurut mereka, pakaian ihram adalah pakian orang Arab yang membikin repot. Oleh sebab itu waktu mengerjakan haji mereka berpendapat boleh memakai celana panjang dan baju biasa serta memakai jas dan dasi.
Hampir mirip dengan Al-Qiyadah Al-Islamiyah dan Ahmadiyah, paham sesat ini juga berpendapat bahwa Rasul tetap diutus sampai hari kiamat. Selain itu, mereka berpendapat, Nabi Muhammad tidak berhak untuk menjelaskan tentang ajaran Al-Qur’an (kandungan isi Al-Qur’an). Mereka juga tidak mewajibkan shalat jenazah, dengan alasan tidak ada perintah Al-Qur’an untuk itu.
Mereka menamakan pengajian mereka dengan sebutan Kelompok Pengikut Al-Qur’an atau Kelompok Qur’ani. Salah satu tokoh Inkar Sunnah adalah Haji Abdurrahman, yang bertempat tinggal di Pedurenan, Kuningan, Jakarta Selatan. Salah satu masjid yang pernah berhasil dikuasainya adalah masjid As-Syifa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. RSCM adalah rumah sakit terbesar dan rumah sakit pusat di Indonesia. Rumah sakit tersebut merupakan tempat praktek mahasiswa dari fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Tokoh lainnya adalah Haji Sanwani, yang berhasil menguasai masjid Al-Burhan di kawasan Pasar Rumput, Jakarta Selatan. Ciri-ciri kesesatannya, antara lain tidak mau mengumandangkan adzan dan qomat pada saat masuknya shalat. Tata cara shalatnya pun persis seperti yang diajarkan oleh H. Abdurrahman di masjid RSCM.
Abdurrrahman dan Sanwani sama-sama mengajarkan tidak perlu menjalankan ibadah shaum (puasa) pada bulan Ramadhan kecuali bagi mereka yang langsung melihat bulan, berdasarkan pemahaman mereka terhadap Surat Al-Baqarah (2) ayat 185: “Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.”
Menurut pemahaman mereka, yang wajib berpuasa hanyalah orang yang melihat bulan saja (kemunculan bulan baru, yang menunjukkan awal Ramadhan), sedangkan bagi yang tidak melihat bulan tidak wajib berpuasa. Akhirnya pengikut Abdurrahman dan Sanwani ini tidak ada yang menjalankan ibadah shaum di bulan Ramadhan, karena mereka tidak melihat bulan.
Tokoh lainnya adalah Lukman Saad. Pria asal Padang Panjang (Sumatera Barat) ini adalah lulusan IAIN Yogyakarta (sampai tingkat Sajana Muda). Sehari-hari Lukman adalah seorang Direktur sebuah perusahaan penerbitan (PT Ghalia). Lukman berperan mencetak buku-buku yang berisi ajaran sesat Ingkar Sunnah.
Lukman Saad kerap berhubungan dengan Ir. Irham Sutarto, Ketua Serikat Buruh PT Unilever Indonesia yang kala itu berkantor di kawasan Cibubur, Jawa Barat. Irham Sutarto adalah tokoh Ingkar Sunnah yang pertama menulis buku berisi ajaran Ingkar Sunnah dengan tulisan tangan.
Tokoh Ingkar Sunnah lainya adalah Marinus Taka, pria keturunan Indo Jerman yang saat itu tinggal di jalan Sambas 4 No.54 Depok Lama, Jawa Barat. Marinus Taka mengaku dirinya bisa membaca Al-Qur’an tanpa belajar lebih dahulu. Dia mengajarkan faham sesat ini di mana-mana di Jakarta termasuk karyawan kantor yang bermarkas di gedung bertingkat.


11. Aliran Syafaatus Shalawat

 Memasuki pekan kedua bulan Februari 2009 lalu, pemerintah Blitar menyelediki aliran ritual sekelompok massa di Dusun Plumbangan, Desa Ngembul, Kec. Binangun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Aliran (kelompok) yang menamakan diri Syafaatus Sholawat ini disinyalir sebagai aliran sesat yang mirip dengan kelompok Lia Aminudin atau yang belakangan menamakan diri Lia Eden. Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, salah satu doktrin yang ditanamkan kepada pengikutnya adalah bahwa aliran ini tidak memposisikan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai satu-satunya dzat tertinggi. Selain melaksanakan shalat lima waktu sebagaimana lazimnya dilakukan ummat Islam, mereka juga –melalui ritual ritual tertentu– menyembah Malaikat Jibril dan Roh Kudus.
Agus Pramono Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Pemerintah Kabupaten Blitar, telah melakukan penyelidikan terhadap kasus ini dengan menggandeng Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), untuk memastikan apakah kelompok tersebut masih berupa sekte atau sudah mengarah pada agama, termasuk untuk memastikan apakah ajarannya menyesatkan atau tidak.
Dikabarkan ada enam aliran sesat yang muncul di Blitar, sebagaimana berita berikut ini:
MUI Catat Ada 6 Aliran Sesat di Blitar
Kamis, 12 Februari 2009 – 19:18 wib
BLITAR – Selain aliran sesat penyebah Jibril, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Blitar mencatat ada lima aliran serupa yang bermunculan sejak tahun 2001 silam. Sebagian besar aliran ini sudah dibubarkan, meski diakui beberapa pengikutnya diindikasikan masih bergerak. “Meski sudah dibubarkan kita tetap melakukan pemantauan terhadap semua aliran itu,” ujar Sekretaris MUI Kabupaten Blitar Ahmad Su’udi di Jawa Timur, Kamis (12/2/2009).
Enam aliran menyimpang ini adalah Aliran Purbokayun di Desa Bendosewu, Kecamatan Talun dengan ritual zikir perdukunan. Kemudian aliran Podo Bongso di Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, dengan ritual salat boleh menghadap ke mana saja. Selanjutnya, Aliran Al Qiyadah Al Islamiyah di Desa Kademangan yang menganggap Ahmad Muzadek sebagai nabi, aliran tanpa nama (1) di Desa Wonotirto dengan ritual salat menghadap ke timur dan /free sex/ sesama pengikut. Lalu, aliran tanpa nama (2) di Desa Bangsari, Kecamatan Nglegok dengan ritual boleh salat sambil melakukan kegiatan lain, seperti salat Jumat sambil bekerja atau mencangkul di sawah, dan terakhir aliran Safaatus Sholawat pimpinan Suliyani di Desa Ngembul Kecamatan Binagun, dengan ritual menyembah Jibril atau roh kudus.



 Kemungkinan besar keberadaan aliran yang menyimpang dari aqidah Islam tidak akan berhenti bermunculan. Jumlahnya yang sudah sangat banyak itu tidak akan berhenti tetapi akan teteap terus berkembang.
Dan Al-Qiyadah Al-Islamiyah hanya fenomena gunung es (iceberg) saja. Di dasar lautan, ratusan ajaran menyimpang dari aqidah yang lurus telah banyak malang melintang. Menurut koordinator Aliansi Ummat Islam (ALUMI), Hedi Muhammad, dari hasil penyelidikan ALUMI diketahui, aliran sesat yang mengatasnamakan Islam telah muncul di Indonesia sejak tahun 1980-an. Sampai 2006, jumlahnya telah mencapai 250 aliran.
Mengapa aliran sesat akan tetap terus berkembang?
Ada beberapa faktor yang menyuburkan aliran sesat itu, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Di antaranya adalah:

1. Kegagalan Pembinaan Agama

Semua ormas dan orsospol Islam harus mengakui bahwa mereka boleh dibilang masih gagal dalam membina aqidah umat. Pembinaan yang serius boleh jadi belum berhasil sepenuhnya.
Di tataran akar rumput harus diakui bahwa umat ini masih belum mendapat sentuhan tarbiyah dan pembinaan. Fenomena maraknya pengajian dan ceramah baru menyentuh lapis terluar. Sedangkan akar rumput rakyat yang terselip di sana-sini, luput dari sentuhan pembinaan.
Angka 250 aliran sesat sepanjang 26 tahun menunjukkan secara telanjang bahwa begitu mudahnya sebuah aliran sesat lahir dan punya pengikut. Kalau rakyat ini sudah terbina, mustahil mereka jadi pengikut.
Kita seharusnya miris dan khawatir, berapa persen sebenarnya dari 200 juta muslim Indonesia ini yang aktif mengerjakan shalat lima waktu? Atau yang bisa membaca Al-Quran? Atau yang puasa penuh di bulan Ramadhan?
Sebab yang kita saksikan pada saat shalat Jumat, begitu banyak kendaraan yang berseliweran di jalan raya. Dan yang jelas, pada saat adzan Maghrib berkumandang, berapa banyak orang yang turun dari mobil keluar dari kemacetan sekedar untuk melakukan shalat Maghrib? Berapa besar kapasitas tempat shalat di mal-mal Jakarta untuk bisa menampung ribuan pengunjung?
Jadi kalau ALUMI mengatakan ada 250 aliran sesat, mungkin masuk akal, sebab yang tidak shalat Maghrib dan sibuk meeting di mal pun termasuk aliran sesat juga, karena tidak shalat wajib. Padahal shalat bagian dari rukun Islam.

2. Pemerintah Yang Masa Bodoh

Yang paling mengharukan sesungguhnya adalah sikap masa bodoh dari pemerintah. Entah itu departemen agama atau institusi manapun. Sudah tahu ada ratusan aliran sesat, tapi mereka tidak punya rasa peduli yang berbentuk tindakan nyata.
Kalau umat sudah terjebak tindakan anarkis, barulah mereka kebakaran jenggot. Alasannya klise, pemerintah tidak boleh berpihak dan harus mengayomi semua aspirasi masyarakat.
Bayangkan, urusan menginjak-injak aqidah dianggap sebagai aspirasi masyarakat. Jadi yang sakit itu siapa? Jangan-jangan malah pemerintahnya yang sakit. Apakah mereka tidak punya agama atau mereka oprtunis?

3. Lemahnya Payung Hukum

Salah satu yang membuat aparat jadi sariawan dan pelo lidahnya adalah karena di negara ini ajaran sesat tidak pernah dianggap melawan hukum.
Kalau ada yang ditangkap, pasal untuk menjeratnya bukan karena urusan aqidah yang sesat, tapi sekedar meresahkan masyarakat. Padahal dalam pandangan hukum Islam, sesatnya aqidah bukan sekedar kriminalitas dan kejahatan, tetapi sebuah sikap bunuh diri. Karena itu negara adalah institusi yang paling bertanggung-jawab untuk memastikan tidak adanya aliran sesat di negeri ini.
Tugas teman-teman kita di DPR jelas. buatlah undang-undang yang memberikan payung hukum yang tegas, dilengkapi dengan peraturan dan petunjuknya sampai detail. Sehingga pak polisi tidak bisa beralasan lagi untuk belagak pilon dan pura-pura tidak tahu kalau ada aliran sesat.
Buatlah sebuah institusi, apalah namanya, mungkin juga Majelis Ulama atau apa saja, yang penting instutusi itu diberi payung hukum yang kuat untuk bertindak. Mulai dari menerima laporan, melakukan survey dan penyelidikan, sampai memanggil dan menginterogasi para pemimpin aliran sesat dan akhirnya berhak menjatuhkan vonis sampai kepada hukuman mati. Sehingga ketika institusi itu bertindak, tindakannya legal dan mengatas-namakan negara.
Tanpa ada aspek legalits ini, percuma saja ormas Islam berteriak-teriak sambil menggerutu. Mereka akan terus dibuat capek dan mengurusi hal-hal yang tidak ada habisnya.
Kalau institusi seperti itu sudah ada, urusan jadi gampang. Panggil saja para pemimpin aliran sesat itu, disidang. Kalau ternyata tidak sesat, bisa sekalian diklarifikasi dan dibersihkan namanya. Tapi kalau memang sesat, tinggal disuruh bertobat dan diberi waktu selama tiga hari. Tidak mau tobat juga, penggal saja lehernya dan selesai. Memang demikian yang dilakukan oleh wali songo kepada penyebar ajaran wihdatul wujud yang sesat dan menyesatkan.

4. Munculnya Pembela Aliran Sesat

Aliran sesat yang sudah banyak ini semakin subur ketika kelompok liberalis ikut-ikutan membela mereka. Alasannya sebenarnya sudah sangat basi dan ketinggalan zaman. Kita sudah bosan mendengar alasan pembalaan yang itu-itu jua. Paling banter alasannya adalah kebebasan memilih agama dan kebebasan untuk menafsirkan ajaran agama.
Bagi kalangan liberalis, kebebasan berpikir adalah tuhan yang wajib disembah. Padahal esensinya sederhana saja, mereka ingin tiap orang punya kebebasan dan kesempatan untuk jadi orang sesat sekaligus kebebasan untuk masuk neraka. Tidak lebih dan tidak kurang.
Maka kalau intinya hanya ingin lebih cepat masuk neraka, kita bantu dengan disegerakan hukum mati saja. Jadi keinginan mereka bisa segera tercapai.

5. Media Tidak Berpihak kepada Umat Islam

Umat Islam hari ini tidak punya media. Itu realita yang tidak ada seorang pun yang bisa menyanggahnya. Umat Islam tidak punya televisi, tidak punya kantor berita, tidak punya jaringan pers nasional apalagi dunia.
Maka munculnya aliran sesat di media, alih-alih mengarahkan agar umat jangan sampai terlibat, yang terjadi justru pembelaan kalangan pers kepada aliran-aliran itu. Salah satu televisi swasta nasional malah membuat sebuah liputan yang menggambarkan bagaimana anarkisme dilakukan oleh umat Islam, membakar dan meruntuhkan sebuah markas aliran sesat sambil meneriakkan lafadz Allahu akbar. Sungguh jelas keberpihakan televisi itu kepada aliran sesat dan mendudukkan umat Islam sebagai penjahat.
Penggiringan opini model begini bukan baru hari ini saja, sejak lama teman-teman kita di FPI sudah terkena getahnya. Sehingga FPI sudah dibunuh karakternya oleh jaringan media sekuler yang umumnya anti-Islam.
Itulah lima hal yang menjadi faktor kelemahan umat Islam dalam menghadapi badai aliran sesat. Kalau kita mau jalan keluar, pikirkanlah bagaimana agar kelima hal itu bisa kita atasi.

Pertama, seluruh ormas Islam harus bersatu dan saling bantu dalam membina umat. Jangan ada lagi urusan ribut-ribut yang tidak jelas ujung pangkalnya. Kita punya 200 juta massa bersama yang setiap hari jadi korban ajaran sesat, sementara kita sibuk bertengkar kapan jatuhnya tanggal 1 Syawwal atau siapa yang mau jadi Presiden di 2009. Sungguh kekonyolan yang tiada banding.

Kedua, umat Islam sudah banyak yang duduk di pemerintahan. Seharusnya gigi mereka tidak perlu ngilu ketika membela Islam. Toh umat Islam mayoritas di negeri ini. Di Indonesia timur yang banyak non muslimnya, orang-orang kafir yang duduk di pemerintahan bekerja siang malam untuk memanfaatkan wewenang dan jabatan serta pengaruhnya demi kepentingan agama mereka. Itu mereka katakan secara terbuka.
Tapi di pusat yang pejabatnya kebanyakan umat Islam, mereka tiba-tiba jadi linglung ketika diminta untuk bersikap. Ini sungguh konyol dan kebangetan.

Ketiga, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah waktunya diberi payung hukum dan wewenang yang kuat. MUI perlu dipersenjatai, bukan dengan bedil tapi dengan kekuatan hukum. Kalau sekarang, anjing menggonggong khafilah berlalu.
Para kiyai itu teriat-teriak di masjid dan mimbar, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena tangan mereka terbelenggu. Sekali bergerak, malah masuk penjara dengan tuduhan anarkis.

Keempat, sudah waktunya kelompok liberal dimasukkan ke dalam daftar aliran sesat. Sehingga bisa juga diseret ke pengadilan dan divonis hukuman berat. Biar tidak lagi berusaha memancing di air keruh.

Kelima, umat Islam wajib untuk punya media massa yang serius. Setiap individu punya beban fardhu ''ain untuk membantu hidupnya media massa Islam ini.





saya sangat mengagumi dia

saya sangat mengagumi dia